Kamis, 30 Desember 2010

10 HAL yg Menyebabkan Kita Terus Dirundung MASALAH!! Apakah 10 HAL itu!?






Kamis, 16 Desember 2010

Semakin Tinggi Pendidikan Semakin Sulit Jadi Pengusaha

Semakin banyaknya pengangguran dari kalangan terdidik menjadi fenomena yang makin mengkhawatirkan pada dewasa ini karena lapangan kerja yang tersedia semakin terbatas. Padahal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat selalu berkorelasi dengan ketersediaan lapangan kerja.

Oleh karena itu, pola pikir para sarjana yang umumnya masih berorientasi untuk menjadi karyawan harus diubah. Dan, menjadi entrepreneur (wirausaha) merupakan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sayangnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka keinginan untuk menjadi entrepreneur semakin rendah.

“Semakin tinggi pendidikan sesesorang, ternyata semakin rendah minatnya untuk menekuni entrepreneur. Artinya, pendidikan di Indonesia justru melahirkan para pencari kerja baru, bukan pencipta lapangan kerja,” kata Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Doktor Sofyan Djalil, dalam sambutannya di Workshop “Peran Perbankan dan Pasar Modal Dalam Memajukan Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta Mendorong Bangkitnya Enterpreneur di Indonesia,” yang diselenggarakan oleh ILUNI PPs UI di Kampus UI Salemba pada Selasa, 14 Desember 2010.

12924890352065957504

Ilustrasi/Admin (shutterstock)

Mantan Menteri Komunikasi dan Informasi sekaligus Mantan Meneg BUMN Sofyan Djalil mengatakan menjadi entrepreneur yang sukses itu membutuhkan ketekunan, kerja keras dan sikap pantang menyerah. “Nah, mereka yang berpendidikan tinggi ini umumnya tidak mau “kotor-kotor” dan biasanya lebih pilih-pilih pekerjaan. Padahal, kalau mau menjadi entrepreneur, dia harus mau “kotor-kotor” lebih dahulu,” paparnya.

Menurut dia, kesediaan para sarjana untuk menekuni dunia wirausaha sangat diperlukan untuk menggerakkan perekonomian negeri ini. Negara yang maju, kata Sofyan, adalah negara yang banyak memiliki wirausaha.

Jika kendala menjadi entrepreneur adalah masalah modal, Sofyan menambahkan saat ini modal bukan masalah lagi karena banyak yang menawarkan untuk memberikan kredit. “Dalam sehari saja, penawaran kredit tanpa agunan yang masuk ke HP setidaknya ada empat kali,” ungkap dia.

Sedangkan Wakil Direktur Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Center FE UI Nurdin Soebari menyoroti masih sedikitnya jumlah wirausaha di Indonesia, bahkan jika dibandingkan dengan negara di kawasan Asia, seperti Korea, Jepang dan Filipina. Rasio jumlah pengusaha dibandingkan populasi penduduk yang ideal adalah 1:20 namun di Indonesia, rasionya baru 1:83 atau jumlah pengusahanya paling sedikit jika dibandingkan dengan Korea, (1:20), Jepang (1:23) dan Filipina (1:63).

Dikatakannya, menjadi pengusaha memang harus sabar karena biasanya lima tahun pertama berbisnis, mengalami banyak kendala. “Tetapi, jika bisa melewati tahap lima tahun pertama itu, biasanya bisa sukses,” jelas dia.

Konsultan Bisnis dan Perpajakan Waty Tjakra memberikan tips agar sukses dalam membangun bisnis diperlukan persiapan mental hingga strategi dan teknik manajerial pengembangan usaha, terutama untuk usaha kecil dan menengah (UMKM).

Selain itu, membekali diri dengan ilmu berbisnis juga diperlukan agar risiko trial and error dalam berbisnis bisa dikurangi.

Acara yang berlangsung pada 14-15 Desember tersebut menghadirkan nara sumber dari berbagai kalangan, mulai dari perbankan, pasar modal, wirausaha muda, dosen pemasaran, Hipmi hingga konsultan pajak dan konsultan bisnis. Dalam workshop tersebut, peserta mendapatkan materi mengubah pola pikir (mindset) dari pencari kerja menjadi pencipta kerja, motivasi bisnis, mencari pendanaan, teknik membuat dan mempresentasikan bisnis serta strategi promosi.

Terkait dengan keprihatinan atas maraknya pengangguran terdidik tersebut, Ikatan Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia berpandangan bahwa hal tersebut menjadi tanggungjawab dunia pendidikan untuk turut serta mencerdaskan kehidupan berbangsa sekaligus harus mampu memberikan solusi atas problem kesejahteraan, termasuk tingginya angka pengangguran dari kaum berpendidikan.

Di sisi lain, pemerintah perlu mendorong tumbuh dan bangkitnya para enterpreneur muda, terutama para mahasiswa yang saat ini sedang menekuni dunia pendidikan.

Jakarta, 15 Desember 2010

ILUNI Program Pascasarjana UI

Rabu, 15 Desember 2010

Celoteh Mahasiswa Tolol

Yang kutahu. . . . . Kuliah itu indah.
Yang kutahu. . . . . kuliah itu hura-hura.
Yang kutahu. . . . . Kuliah itu penuh suka.


Yang kurasa. . . . . Kuliah itu sengsara.
Yang kurasa. . . . . Kuliah itu susah.
Yang kurasa. . . . . Kuliah itu penuh duka.


Yang kau mau. . . . . Bangunkan aku pagi-pagi.
Yang kau mau. . . . . Beri aku tugas tiap hari.
Yang kau mau. . . . . Presentasi berkali-kali.


Tapi aku cerita. . . . . Pada mama.
Tapi aku cerita. . . . . Pada papa.
Tapi aku cerita. . . . . Pada mertua !
Tapi aku cerita. . . . . Pada si “dia”
Dan aku bicara. . . . . Pada ayam dan kucingku.


Semua berkata. . . . . Jalani saja.
Semua berkata. . . . . Ikuti saja.
Semua berkata. . . . . Hadapi saja.


Ah. . . . . Mereka tidak merasakan tugas.
Mereka tidak merasakan presentasi.
Mereka tidak merasakan RANSEL bodoh ini.


Bikin elek,
Bikin lemah,
Bikin pah-poh,

Hanya saja aku melangkah. . . . .

Untuk mamah, papah, dan SARJANA PENDIDIKAN !!!!



 

blog-harir Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger